Episode Cakrawala

Pendidikan Seksual Untuk Anak (3)

Di bagian ini, akan dibahas pendidikan seksual yang bisa diberikan pada anak usia 7-10 tahun, 11-14 tahun, dan 15-18 tahun.

Pendidikan Seksual Untuk Anak Usia 7-10 Tahun

Beberapa isu penting yang muncul di usia ini dan yang perlu orang tua lakukan, diantaranya:

Anak mulai memasuki fase tamyiz (bisa membedakan) dan bisa memahami hubungan sebab akibat.

  • Orang tua sudah bisa menjelaskan proses reproduksi manusia secara lebih lengkap, misalnya mulai dari pertemuan sperma dan sel telur yang memudian berkembang menjadi janin dan tumbuh dalam rahim ibu selama 9 bulan sampai lahir. Orang tua bisa mengaitkan dengan ayat-ayat Al-Quran dan hadist sebagai sarana untuk menanamkan akidah pada anak.
  • Sebagian praktisi pendidikan muslim kontra dengan penjelasan detail tentang proses reproduksi manusia karena dianggap bisa membuat anak membayangkan hal-hal yang tidak perlu, bahkan ingin mencoba mempraktekkannya. Sebagai gantinya, mereka menyarankan untuk memberi penjelasan dengan menggunakan analogi dari proses reproduksi hewan atau tumbuhan. Akan tetapi, bila anak sudah mendapat informasi tentang reproduksi manusia di sekolah maupun media lain, sebaiknya orang tua menjelaskan sesuai dengan pengetahuan yang sudah diperoleh anak. Hal ini untuk mencegah kebingungan pada anak sekaligus menetralisir pemahaman yang mungkin keliru pada anak. Agar tidak menimbulkan rasa penasaran atau keinginan mencoba pada anak, orang tua perlu menjelaskan topik ini dengan tenang dan tunjukkan bahwa itu sesuatu yang alamiah dan netral.

Anak mulai perlu memunculkan potensi kelelakian atau keperempuanannya.

  • Anak laki-laki perlu didekatkan dengan ayahnya. Ayah akan membimbing anak untuk memahami peran sosial dan keayahan, serta menjadi figur pertama yang dikenang anak laki-laki dalam peran kelelakiannya.
  • Anak perempuan perlu didekatkan dengan ibunya. Ibu akan memberi inspirasi pada anak perempuan tentang bagaimana merawat dan melayani, serta menjadi figur pertama yang dikenang anak perempuan dalam peran keperempuanannya.
  • Orang tua perlu mulai memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan.

Anak mulai banyak bertanya seputar hubungan antara lawan jenis.

  • Pembahasan tentang hubungan antara lawan jenis hendaknya dibicarakan antara anak laki-laki dan ayahnya dan antara anak perempuan dan ibunya. Selain agar terjalin kedekatan antara keduanya, juga agar pembicaraan lebih terbuka dan nyaman.
  • Ajarkan anak untuk mulai mempraktekkan adab-adab isti’zan (meminta izin) untuk memasuki kamar orang tua pada 3 waktu (sebelum subuh, saat melepas pakaian luar di tengah hari, dan sesudah isya).
  • Ajarkan adab-adab kesopanan pada anak saat berkunjung, misalnya dengan mengucapkan salam dan tidak masuk rumah sebelum mendapat izin.
  • Ajarkan pula tentang bagaimana membangun hubungan pertemanan yang sehat dengan lawan jenis. Sampaikan pada anak bahwa dalam berteman, setiap orang memiliki batasan yang perlu dihormati. Anak tidak diperkenankan mengganggu atau memperlakukan lawan jenis secara tidak santun. Sebaliknya, anak juga boleh menolak atau memperjuangkan haknya ketika diperlakukan tidak sopan oleh lawan jenisnya.

Anak mulai perlu dipersiapkan untuk memasuki fase baligh

  • Kenalkan pada anak bahwa di usia ini mereka akan segera menyongsong usia baligh, yang ditandai dengan mimpi bahasa pada laki-laki dan menstruasi pada perempuan. Berikan penjelasan detail tentang tanda-tanda mimpi basah dan mentruasi.
  • Sampaikan bahwa setelah usia baligh, mereka sudah harus memikul tanggung jawab atas diri dan perilaku mereka. Ayah perlu menjelaskan konsekuensi memiliki sperma bagi laki-laki dan ibu perlu menjelaskan konsekuensi memiliki rahim bagi perempuan.
  • Sampaikan bahwa setelah mimpi basah atau suci dari haid, anak harus bersuci dengan melakukan mandi wajib. Jika anak tidak melakukan mandi wajib, akan berdampak pada sah tidaknya ibadah tertentu yang dilakukan anak, misalnya shalat. Tata cara mandi wajib dijelaskan oleh ayah pada anak laki-lakinya dan oleh ibu pada anak perempuannya.
  • Ajarkan adab-adab berpakaian yang menutup aurat. Anak perempuan perlu diajarkan untuk berpakaian sopan di hadapan anak laki-laki yang usianya sudah menginjak 10 tahun, termasuk saudara sendiri.

Pendidikan Seksual Untuk Anak Usia 11-14 Tahun

Beberapa isu penting yang muncul di usia ini dan yang perlu orang tua lakukan, diantaranya:

Anak mulai memasuki fase baligh

  • Perubahan fisik dan fisiologis saat memasuki fase baligh dapat membuat anak gelisah, karenanya orang tua perlu mendampingi anak dalam menghadapi perubahan tersebut. Memberikan pelukan dan dukungan moril dapat membantu anak menghadapi perubahan tersebut.
  • Ajarkan anak untuk selalu menjaga kebersihan area tubuh pribadinya dan pastikan anak sudah mampu melakukan mandi wajib setelah mimpi basah atau suci dari haid.
  • Jelaskan konsep mahram dan non-mahram serta konsekuensinya dalam pergaulan.
  • Ajak anak untuk mulai konsisten dengan kewajiban berhijab dan menutup aurat.

Anak mulai menunjukkan ketertarikan terhadap lawan jenis

  • Di fase ini, dekatkan anak laki-laki dengan ibunya dan anak perempuan dengan ayahnya. Tujuannya agar anak memahami bagaimana seharusnya memperlakukan lawan jenis. Anak laki-laki yang tidak dekat dengan ibunya di masa ini rentan tumbuh menjadi laki-laki dan suami yang kasar dan egois. Perempuan yang tidak dekat dengan ayahnya di masa ini rentan menyerahkan kehormatannya pada laki-laki yang tidak bertanggung jawab.
  • Orang tua perlu menjadi tempat curhat terbaik bagi anak, terutama mengenai hubungan dengan lawan jenis. Beri ruang terbuka bagi anak untuk anak menyampaikan perasaan-perasaannya. Sampaikan pada anak bahwa ketertarikan pada lawan jenis adalah hal yang wajar, namun sebagai individu, anak perlu paham bahwa setiap keputusan dan tindakan yang mereka ambil akan memiliki konsekuensi. Orang tua boleh mulai memperkenalkan hukum-hukum perzinaan dalam Islam.
  • Di masa ini, anak mungkin juga sudah terpapar berbagai informasi mengenai isu seksual yang lebih kompleks, misalnya mengenai homoseksual, HIV/AIDS, alat kontrasepsi, dll. Orang tua harus siap menjadi teman diskusi anak untuk topik-topik ini sambil terus menanamkan nilai-nilai akhlak yang Islami.
  • Pisahkan kamar tidur anak laki-laki dan perempuan. Ajarkan juga anak untuk menerapkan adab isti’zan ketika akan memasuki kamar saudaranya yang berbeda jenis kelamin.
  • Ajarkan anak tentang adab-adab dalam berhadapan dengan lawan jenis, seperti:
    • Menundukkan pandangan ketika bertemu
    • Tidak terlalu sering melakukan ikhtilath (campur baur) dengan lawan jenis
    • Tidak berdua-duaan dengan lawan jenis
    • Menjaga diri dan sikap ketika harus berada di tempat yang berdesak-desakan, seperti di kendaraan umum.
    • Tidak berlebihan dalam berhias sehingga rentan menimbulkan fitnah dan mengundang kejahatan
  • Di usia ini, anak juga mulai bisa dilatih berpuasa sunnah untuk mengontrol hawa nafsu

Pendidikan Seksual Untuk Anak Usia 15-18 Tahun

Di tahap ini, anak sudah perlu dipersiapkan untuk menyambut tanggung jawab pernikahan. Yang perlu orang tua lakukan:

  • Latih anak untuk mandiri secara finansial (akan lebih baik jika dimulai sejak tahap usia sebelumnya).
  • Bekali anak dengan berbagai persiapan menuju pernikahan, mulai dari persiapan ilmu, mental, spiritual, fisik, finansial, serta pengetahuan tentang mendidik anak. Etika berhubungan seksual antara suami istri sebaiknya diajarkan saat anak benar-benar akan menikah.
  • Biasakan anak untuk berpuasa jika memang belum akan menikah.

 

Sebelumnya: Pendidikan Seksual Untuk Anak (1) dan Pendidikan Seksual Untuk Anak (2).

 

Referensi:

___. (2017). Membahas Seks dengan Anak. Diakses dari http://www.kancilku.com/Ind//index.php?option=com_content&task=view&id=185 pada 13 November 2017, pukul 5.17

Amran, H. (2016). Tarbiyah Jinsiyah. Diakses dari https://www.facebook.com/pg/madrasatunnisa/photos/?tab=album&album_id=1261621263871020 pada 9 November 2017, pukul 08.00

Gossart, M. (2002). There’s No Place Like Home for Sex Education. Oregon: Planned Parenthood Health Service of Southwestern Oregon

Papalia, D.E., & Feldman, R.D. (2012). Experience Human Development 12th Ed. New York: McGraw-Hill

Santosa, Harry. (2017). Fitrah Based Education. Bekasi: Yayasan Cahaya Mutiara Timur

Rabbi, A.H. (2011). Membumikan Harapan – Keluarga Islam Idaman. Jakarta: Lembaga Kajian Ketahanan Keluarga Indonesia

Risman, E., Madani, H.A., Maisura, Y. (2016). Ensexclopedia: Tanya Jawab Masalah Pubertas dan Seksualitas Remaja. Jakarta: Yayasan Kita dan Buah Hati

Ulwan, A.N. (1998). Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam. Asysyifa: Bandung

Zolten, K., & Long, N. (2006). Talking to Children About Sex. University of Arkansas for Medical Sciences

1 thought on “Pendidikan Seksual Untuk Anak (3)”

Leave a comment